Pada tahun 2013 RS Anugerah Bunda Khatulistiwa Pontianak meningkatkan pelayanan dengan dibukanya ruang Hemodialisa untuk pasien yang mengalami penyakit GGK (Gagal Ginjal Kronik).
Ruang Hemodialisa adalah salah satu unit unggulan yang didirikan untuk memberikan pelayanan hemodialisis ( cuci darah ) terhadap pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan di RS Anugerah Bunda Khatulistiwa Pontianak. Terdapat 4 unit mesin Hemodialisa dan tenaga kesehatan yang sudah bersertifikat serta terampil.
Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’.
Hemodialisis adalah tindakan ′pengobatan ′ dengan tujuan mengeluarkan sisa metabolisme atau koreksi elektrolit darah serta cairan tubuh melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat melewati membran semipermeabel secara difusi atau ultrafiltrasi dengan menggunakan mesin.
Untuk melakukan hemodialisa, prosesnya akan dibantu menggunakan mesin khusus untuk menggantikan ginjal yang rusak agar tubuh bisa menyaring darah. Mesin ini berperan sebagai ginjal artifisial (ginjal buatan) yang dapat menyingkirkan zat-zat kotor, garam, serta air berlebih yang ada di dalam darah.
Dalam proses ini, memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui pembedahan (cimino) atau dapat berupa selang yang di pasang di pembuluh darah vena di leher maupun dada. Tindakan ini bertujuan untuk menghubungkan aliran darah tubuh pasien ke mesin pencuci darah. Setelah itu, darah kotor akan disaring dalam mesin pencuci darah. Setelah proses penyaringan usai, selanjutnya darah yang bersih akan dialirkan ke dalam tubuh pasien.
Terapi ini umumya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal dalam tubuh karena penumpukan sisa metabolisme. Hemodialisa dilakukan 10-15 jam dalam seminggu atau 2-3 kali tindakan per minggu dalam rentan waktu 4-5 jam/ tiap tindakan Hemodialisa.
Untuk penderita gagal ginjal kronis, harus menjalani diet dengan beberapa tujuan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan menjaga agar Pasien Gagal Ginjal tetap dapat beraktivitas seperti orang normal dan juga melakukan diet agar status gizi optimal serta mengontrol BB (mencegah kenaikan berat badan berlebih inter-dialisa), mencegah perburukan komplikasi.